SAMPANG, Pilarpos.id – Persoalan kerusakan proyek pembangunan saluran irigasi melalui Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) TA 2023 yang ada di 3 Desa di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, menjadi atensi dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas. Sabtu, 22/07/2023.
Diketahui, Program P3-TGAI adalah program padat karya tunai dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas yang di biayai dari APBN dengan nilai 195 juta per lokasi di beberapa Desa di Kabupaten Sampang.
Adapun tiga (3) desa yang menjadi atensi dari BBWS Brantas tersebut diantaranya: Desa Astapah, Desa Kebun Sareh, Kecamatan Omben, serta Desa Pangongsean, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.
“Ini masih ditanyakan ke Asisten tenaga ahli atau tenaga pendampingnya Pak,” kata Parwira Agusfia, Tenaga Ahli (TA) Pusat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi (PPID) BBWS Brantas kepada media pilarpos.id saat dikonfirmasi. Jum’at 21/07/2023.
Namun, terkait kerusakan dari proyek saluran irigasi P3-TGAI yang ada di 3 desa tersebut pihaknya belum bisa komentar secara pasti. Sebab kata dia pihaknya harus cek dulu ke lapangan.
“Saya sudah minta ke tenaga pendamping untuk mengecek kelapangan. Cuman secara sekilas bisa saya jawab bahwasanya kalau itu kita menyatakan bukan irigasi, itu biasanya ada pernyataan kalau itu memang irigasi,” katanya.
“Kalau memang ada retak, kita pasti suruh Hippa nya memperbaiki. Soalnya itu masih belum serah terima,” imbuhnya.
Ditanya soal tidak adanya air yang mengalir ke saluran tersebut, Parwira Agusfia menjelaskan bahwa perlu adanya penelitian.
“Kalau tidak adanya air yang mengalir perlu penelitian di lapangan juga. Kalau yang namanya sawah tadah hujan ya otomatis dia mengandalkan air sambungan hujan. Mungkin kalau tidak hujan tidak ada air kita juga tidak tau. Atau jangan-jangan airnya dialihkan karena pembangunan. Makanya kita harus kroscek dulu pak ke lapangan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Parwira Agusfia menerangkan bahwa proyek saluran irigasi yang ada di 3 Desa tersebut ke tiga tiganya adalah program padat karya, jadi kata dia, yang merencanakan, melaksanakan, dan yang mengawasi itu semuanya masyarakat.
“Kalau kita kan hanya anggaran dana saja yang di pos anggaran dana kita saja gitu loh pak. Kita tugasnya hanya mendampingi dan kita punya tenaga pendamping kalau secara detailnya, kita tidak mungkin di cek satu persatu karena jumlah proyek itu ribuan,” terangnya.
Kendati demikian, Parwira Agusfia secara tegas mengatakan pihaknya akan turun ke lapangan melalui tenaga pendamping dan asisten tenaga ahli untuk mengecek secara pasti kondisi proyek saluran irigasi yang ada di 3 Desa di Kabupaten Sampang.
“Yang pertama kita akan cek dulu kelapangan melalui tenaga pendamping dan asisten tenaga ahli kita, nanti berdasarkan laporan itu kita lakukan tindak lanjut. Kalau memang ada kerusakan, ya kita suruh hippa nya untuk memperbaiki,” tegas Parwira Agusfia memungkasi.
Perlu diketahui dan diberitakan sebelumnya bahwa saat media ini monitoring ke lokasi di 3 Desa di Kabupaten Sampang itu ditengarai pada saat pelaksanaan pengerjaan proyek saluran irigasi P3-TGAI tersebut diduga dikerjakan tidak sesuai dengan Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Sebab, tidak lama dari selesai pengerjaan proyek P3-TGAI melalui pelaksana kegiatan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) di 3 Desa yang ada di Kabupaten Sampang tersebut sudah mengalami kerusakan dan retak di beberapa titik.
Pantauan media ini pada saat itu di 3 Desa tersebut bentuk kerusakan tidak jauh berbeda, kerusakan dan keretakan bangunan saluran irigasi itu mulai dari bagian atas sampai ke bagian bawah. Selain itu, penempatannya juga di nilai tidak tepat sasaran lantaran diletakkan di daerah tadah hujan dan jauh dari sumber mata air. Serta di temukan juga di 2 Desa tidak terpampang papan informasi di sekitar lokasi.