SAMPANG, Pilarpos.id – Desa Jungkarang, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mendapatkan program percepatan peningkatan tata guna air irigasi (P3-TGAI) melalui himpunan petani pemakai air (Hippa) Unggul Jaya berupa proyek fisik pembagunan saluran irigasi saat ini sedang dikerjakan. Sabtu, (23/11/2024).
Namun, proyek saluran irigasi yang berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas itu diduga terindikasi akan sarat penyimpangan.
Itu terbukti, pada saat media ini monitoring ke lokasi pada Kamis, (21/11/2024) ditemukan adanya beberapa kejanggalan. Seperti, terlihat minimnya pekerjaan galian tanah dan pasangan batu pondasi. Serta minimnya adukan campuran semen dan pasir (Lolo sebagai perekat) pada pasangan antara batu ke batu. Hanya terlihat batu yang ditata dan dikasih lolo dari luar. Kondisi itu akan memengaruhi kekuatan bangunan dalam masa panjang.
Salain itu, proyek saluran irigasi yang digarap hippa Unggul Jaya itu minim pengawasan dari petugas tenaga pendamping (TPM). Dugaan kuat pelaksana kegiatan dengan sesuka hati mengedepankan kantong pribadinya dari pada kualitas pekerjaan. Sehingga, proyek yang dibiayai melalui APBN Tahun 2024 itu amburadul terkesan asal jadi dan dugaan kuat terindikasi akan sarat korupsi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, proyek pembangunan saluran irigasi tersebut dianggarkan sebesar Rp 195 juta yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2024.
Sementara itu, Marodi, Bendahara Hippa Unggul Jaya saat tanya dilokasi mengatakan bahwa terkait minimnya pemasangan adukan semen dan pasir (lolo) pada pasangan batu belah antara batu ke batu dirinya menyebut bahwa biasanya dipasang lolo.
“Saya Marodi, saya sendiri bendaharanya biasanya itu dipasang lolo,” dalih Marodi yang mengaku bendahara Hippa Unggul Jaya saat ditanya media ini dilokasi. Kamis, (21/11/2024).
Perihal tidak adanya petugas tenaga pendamping masyarakat (TPM) dilokasi, Marodi mengungkapkan bahwa sebelum ada dan datang kelokasi.
“Iya ada pak pendampingnya dari sampang tapi jarang menyurvei hanya dua kali kesini,” paparnya.
Dari kondisi itu perlu adanya monitoring dari balai besar wilayah sungai (BBWS) Brantas serta aparat penegak hukum (APH) monitoring kelokasi saluran irigasi P3-TGAI Hippa Unggul Jaya guna memastikan kualitas pekerjaan.
Penulis: Agus Junaidi
Editor: Amir Sholeh
Publisher: Redaksi